ASAL MULA KUTUKAN
Kutukan dipopulerkan oleh film Hollywood, namun tampaknya berasal dari buku fiksi.
Salah satu kemungkinanya adalah cerita pendek berjudul Lost in Pyramid: The Mummy’s Curse yang ditulis oleh Lousia May Alcott pada tahun 1860. ia juga menulis novel Little Women.
Kemungkinan lain adalah cerita yang ditulis oleh pelukisi Amerika, Joseph Smith (1863-1950). Ia menceritakan kutukan yang menimpa mertua Tutankhamen, Raja Akhenaton. Takhta diberikan kepada anak perempuan ketiga setelah Raja Akhenaton meniggal (dua anak perempuan yang lebih tua telah meninggal). Ketika Tutankhamen menikah dengan anak perempuan ketiga ini, takhta diberikan kepadanya. Raja Akhenaton tidak disenangi para pendeta, karena ia telah mencampuri urusan agama mereka. Ia menyatukan retusan dewa menjadi satu dewa, Ra, Dewa Matahari.
Setelah Akhenaton meninggal (dan Tut meneruskan takhta) para pendeta membalas dendam dengan mengutuk ”jiwa dan raganya... mengembara secara terpisah di ruang angkasa dan tidak pernah bersatumenuju keabadian”. Namun kutukan ini ditujukan pada Akhenaton, bukan Tut. Kepala pendeta Ay, mengambil takhta ketika Tut meninggal-dan ada spekulasi bahwa ia yang membunuh Raja Tut.
"Kutukan dipopulerkan oleh film Hollywood, namun tampaknya berasal dari buku fiksi.
Salah satu kemungkinanya adalah cerita pendek berjudul Lost in Pyramid: The Mummy’s Curse yang ditulis oleh Lousia May Alcott pada tahun 1860. ia juga menulis novel Little Women.
Kemungkinan lain adalah cerita yang ditulis oleh pelukisi Amerika, Joseph Smith (1863-1950). Ia menceritakan kutukan yang menimpa mertua Tutankhamen, Raja Akhenaton. Takhta diberikan kepada anak perempuan ketiga setelah Raja Akhenaton meniggal (dua anak perempuan yang lebih tua telah meninggal). Ketika Tutankhamen menikah dengan anak perempuan ketiga ini, takhta diberikan kepadanya. Raja Akhenaton tidak disenangi para pendeta, karena ia telah mencampuri urusan agama mereka. Ia menyatukan retusan dewa menjadi satu dewa, Ra, Dewa Matahari.
Setelah Akhenaton meninggal (dan Tut meneruskan takhta) para pendeta membalas dendam dengan mengutuk ”jiwa dan raganya... mengembara secara terpisah di ruang angkasa dan tidak pernah bersatumenuju keabadian”. Namun kutukan ini ditujukan pada Akhenaton, bukan Tut. Kepala pendeta Ay, mengambil takhta ketika Tut meninggal-dan ada spekulasi bahwa ia yang membunuh Raja Tut.
0 komentar:
Posting Komentar